Minggu, 01 Desember 2013

BUDAYA POP KHAS INDONESIA DALAM MEDIA TELEVISI


Budaya pop yang lebih dikenal dengan budaya populer adalah sebuah kebudayaan manusia yang mengalami perubahan atau modikasi karena perubahan jaman secara berkesinambungan dan terus menerus.

Tidak dapat dipungkiri bahwa budaya pop ini di pengaruhi oleh budaya barat yang mempunyai kultur yang lebih terbuka pada sesuatu yang baru di segala bidang.


Kita tahu bahwa ditelevisi kita dari awal berdirinya TVRI telah diisi oleh kebudayaan-kebudayaan kita sendiri. Misalnya saja acara Ludruk kirun, kolik, dan bagio yang populer di tahun 90 atau acara wayangan dan tari-tari daerah. Budaya asli Indonesia tersebut dibawa kedalam televisi.
Karena masyarakat mulai bosan dan menuntut sesuatu yang baru, maka di modifikasilah kebudayaan lelucon panggung semisal lenong bocah (Jakarta), ludruk (Jawa Timur), dan Dagelan (Jawa Tengah) kedalam budaya pop seperti Pesbukers, Opra Van Java.

Tarian-tarian asli Indonesia juga turut di modifikasi seperti yang dilakukan oleh Agnes Monica dengan tari Samannya yang pernah di cekal oleh masyarakat Aceh dengan pakaian yang terbuka dan ditarikan seperti orang gila. Please!

Lagu-lagu seperti langgam jawa juga tidak luput dari serangan kebudayaan pop ini, sebut saja namanya Campur Sari yang kini telah menggunakan gitar, piano dan drum yang menjadikannya seperti lagu-lagu Didi Kempot yang sering kita dengar dimana-mana.

Ada yang bisa menebak budaya wayang kulit? Budaya wayang kulit berkolaborasi dengan telenovela, film dan drama radio, opra sabun menjadi sinetron Sang Prabu atau Misteri Gunung Berapi.

Pakaian-pakaian Indonesia juga menjadi berubah karena budaya pop ini. Lihat saja kebaya Agnes Monica didalam video klip Paralyzed karya Anne Avanti. Atau kain songket yang berubah manjadi gaun? Atau sarung yang berubah menjadi dasi? Kemeja batik? Siapa penemu kemeja kalau bukan orang barat?
Apa yang tidak luput dari kebudayaan pop?

Begitu kejamnya budaya pop yang merusak budaya aslilah yang membuat budaya pop ini diklaim sebagai budaya murahan. Tapi seperti yang terjadi dengan budaya asli, saya yakin suatu hari budaya pop akan pula musnah menjadi budaya modern yang akan juga di gerus oleh budaya new wave dan entah apa lagi namanya nanti.

Saya juga yakin dahulu kala si budaya asli atau tradisional ini juga wujud asli dari sebuah penghancuran suatu budaya pendahulunya.
Intinya budaya-budaya ini akan melebur menjadi satu dan menjadi kebudayaan baru, seperti kalkulator yang berubah menjadi komputer yang berubah menjadi leptop yang berubah menjadi ipad yang berubah menjadi tatakan.

Lantas kenapa harus marah saat batik mulai dilupakan atau kimono mulai ditinggalkan atau tari pendet yang sudah mindstream.

Halo masyarakat modern, halo masyarakat new wave, we koming to you.
Musik pop?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar