Rabu, 11 Desember 2013

WHAT THEY DON'T TALK ABOUT WHEN THEY TALK ABOUT LOVE REVIEW


WHAT THEY DON'T TALK ABOUT WHEN THEY TALK ABOUT LOVE

YANG TIDAK DIBICARAKAN KETIKA TIDAK MEMBICARAKAN CINTA

JANGAN BICARAKAN CINTA

Sutradara: Mouly Surya
Cinematography: Yunus Pasolang


Setelah hampir satu tahun saya menunggu film What They Don't Talk About When They Talk About Love ini akhirnnya saya dapat menonton juga, lewat Acara Jogja-Netpac Asian Film Festival.

Dan setelah menonton film ini, saya langsung berfikir bahwa Indonesia sudah bertambah cerdas dalam berfilm, dan memang tidak mengherankan kalau akhirnya film ini menjadi salah satu film terpilih di Sundance. Semoga dengan film What They Don't Talk About When They Talk About Love ini, Indonesia punya pegangan baru dalam membuat film-film yang khas Indonesia yang punya ciri kusus dan prestisius dalam persaingan industri film diluar negeri.



TALK ABOUT ACTING

Karina Salim
Karina memerankan tokoh Diana yang punya keterbatasan dalam penglihatan, aktingnya sebagai Diana cukup berhasil, namun tidak terlalu menimbulkan kesan yang mendelam. Hampir tidak ada best scene dalam penampilannya yang biasa selain scene di super market dengan snack diwajahnya.

Anggun Priambodo
Menurut saya dari semua aktor, si Anggun inilah yang sama sekali tidak punya sense of aktor, aktingnya sangat kaku dan tidak buta. Saya tidak dapat berbicara lebih tentang Anggun ini. Saya tidak melihat bahwa si Andhika benar-benar buta. Kacamata hitam dan topi cukup cerdas sebagai wardrob yang dikenakan si Anggun, karena untuk menutupi kekurungan aktingnya *mungkin. Cerdas!

Ayushita
Best scene atau menit terbaik yang dilakukan oleh Ayushita adalah ketika Fitri melakukan hubungan seksual dengan pacarnya yang tompel di sebuah gudang, menit itu dia benar-benar menampilkan mimik wajah yang sempurna. Menurut saya Ayushita benar-benar dapat bermain peran daripada rival abadinya Bela, dan lebih cantik daripada Prisilia Nasution, lebih berbakat daripada Acha Septriasa, lebih cerdas daripada Dian Sastro.

Nicholas Saputra
Lagi-lagi Nicholas Saputra dapat bermain apik dengan karakter yang berbeda, Nicholas Saputra berhasil memainkan peran pemuda punk yang bisu karena tuli. Menit terbaik Nicholas Saputra adalah ketika pada scene kolam renang saat si Edo sedang berada di kolam renang dan memakai jas dokter.

Kualitas acting Nicholas emang jempolan deh, aktor terbaik se Indonesia Raya! Siapa Reza Rahardian? Siapa Lukman Sardi?


TALK ABOUT THE MUSIC
Katanya penata musiknya sih Zeke Kasheli, saya pernah nonton konsernya dia waktu di Solo dan biasa saja.

So far from good. Di media luar mengatakan bahwa penata musik pada film What They Don't Talk When They Talk About Love ini cukup mendapat review yang positif, tapi menurut saya Musical Movement ini sudah sangat biasa di kancah perfilman Indonesia daripada diluar negeri.

Kita lihat saja scene Maya yang setiap kali datang membawa kue dengan alunan lagu Bing Slamet dengan Nurlelanya. Boring tapi tepat, sebenernya lagu tersebut adalah soundtrack resmi dari film Berbagi Suami dan gak ada yang special dari mengambil format yang sudah ada di film pendahulunya.

Yang paling kacau adalah ketika scene sekolah pertama, saat menyanyikan burung camar? What? Musical? Oh men... Gue udah mumet sama film musical. Penata musiknya biasa aja ah... Lebih bagusan juga si Mely Guslow di Ada apa dengan cinta, atau film Eifel I'm in love. Ya gak?

Tapi kalau masalah pemilihan lagu film ini cukup baik walau tidak begitu cerdas, aransemen music dan score scorenya juga baik.


TALK ABOUT CINEMATOGRAPHY
Director Of Potography film What They Don't Talk About When They Talk About Love ini adalah Yunus Pasolang, saya tidak begitu mengenalnya, namun gambar yang dia coba sajikan juga tidak begitu ajaib dan cerdas, biasa dan menjemukan. Kebanyakan Long Shot dan Medium Shot untuk mendramatisasi kebutaan tokoh.

Namun sang Yunus punya sesuatu yang masih saya ingat, pada scene kolam renang saat Edo melintasi tengah kolam renang dan si Fitri yang sedang ML dengan pacarnya. Itu saja, dan yang lainnya amatir.


TALK ABOUT DRAMA
Film yang mengangkat kisah cinta orang-orang yang punya keterbatasan ini cukup unik dan tidak pasaran. Dan tentu saja itu semua adalah tujuannya untuk memberitahukan kepada penonton bahwa masih ada orang-orang yang tidak lebih beruntung daripada kita.

Dan titik puncak dari film ini adalah scene ketika semua tokoh menjadi orang normal dan berkumpul di walmart seven eleven. (Iklan po?)

*Dan ditengah berjubelnya kursi penonton, mohon maaf, saya menangis saat itu.


TALK ABOUT THE MESSAGE
Dan pada akhirnya sebuah film harus punya pesan yang disampaikan, mungkin pesan yang ditangkap oleh orang satu berbeda dengan orang yang lainnya, akan tetapi inilah pesan yang akhirnya saya tangkap dari film What They Don't Talk About When They Talk About Love:

Mengingat film ini berjudul What They Don't Talk About When They Talk About Love akhirnya saya mengambil kesimpulan bahwa:

"Kau tak membicarakan kekuranganmu ataupun kekurangannya ketika kau jatuh cinta."

*nangis


Sekian review dari saya, semoga tidak menyesatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar